Cari Blog Ini

Pendidikan

Selasa, 02 Desember 2014
  PEMBELAJARAN PAUD LEWAT FASILITAS


PEKANBARU – Kepala Dinas pendidikan (Disdik) Riau, Dwi Agus Sumarno, mengatakan pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di berikan lewat fasilitas. Artinya, saat guru melakukan pembelajaran ke anak didiknya dilakukan melalui alat peraga.
 
Makin banyak fasilitas yang ada di lembaga PAUD maka makin baik proses pembelajaran. Jadi, pembelajaran di lembaga PAUD bukan sebatas pemberian materi saja,” ujar Dwi, dalam acara sosialisasi pembelajaran di lembaga PAUD berbasis melayu se-Riau, Jumat (23/10) malam, di Hotel Furaya pekanbaru.
 
Dwi mencontohkan, ketika guru mengajarkan ilmu agama, seperti mengaji, maka harusnya dilakukan di mushala PAUD itu sendiri. Begitu juga, bercerita tentang berkebun, maka lembaga PAUD itu, harusnya memiliki kebun sekolah. Sehingga materi pembelajaran yang di ajarkan ke anak didiknya, lebih cepat di pahami mereka.
 
Dengan kondisi ini, terang Dwi, lembaga PAUD harusnya memiliki standarisasi, dimana untuk perkotaan luas lahan 2.500 meter persegi, ada permainan luar dan dalam PAUD dan juga ada kebun.
 
Selain itu, lanjut Kadisdik Riau ini, dalam mendidik siswa PAUD hendaknya mengunakan budaya, norma dan seni yang ada di daerah nya masing-masing, dalam upaya melestarikan budaya setempat. Karena stiap daerah di Riau ini, memiliki beragam budaya melayu. Contohnya saja, untuk seni permainan kampong yang sudah di data Disdik Riau, sudah terhitung ada 400 buah permainan.
 
“ Jadi, jangan mengadopsi budaya, seni dan bahasa dari tempat lain, saat kita melakukan pembelajaran kepada anak didik kita. Dan bagi lembaga PAUD yang mengajarkan bahasa Inggris dan calistung pada siswa nya, maka izin lembaga PAUD itu kan kita cabut,” tegas Dwi.
 
Sementara itu, ketua umum Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau, H Tenas Efendy, mengiginkan para tenaga PAUD untuk tidak asal-asalan mengajarkan pantun kepada anak didiknya.
 
Sebuah pantun, sebut Tenas terdapat dua bagian, yakni sampiran dan isi. Untuk sampiran, harus mencerminkan sesuatu yang bisa dicerna atau merupakan bagian yang sebenarnya dari yang di masukan ke dalam bait pantun, sementara untuk bagian isi, itu bisa menyesuaikan dengan sampiran, karenannya jangan asal asalan membuat sampiran,” ucap Tenas

0 komentar:

Posting Komentar