SEJARAH HIDUP PRESIDEN SOEKARNO
Ir Soekarno dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan juga sebagai Pahlawan Proklamasi, 
Soekarnoyang biasa dipanggil 
Bung Karno,
 lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni
 1970 di Jakarta. Saat ia lahir dinamakan Koesno Sosrodihardjo. Ayahnya 
bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. 
Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan 
anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, 
Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, 
sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli
 Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika. 
 
Masa
 kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di 
Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di 
rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat 
Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat
 belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. 
Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS 
(Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang 
menjadi IT. Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian,
 beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai 
Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. 
Akibatnya, Belanda  memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29
 Desember 1929.
Saat dipenjara, Soekarno 
mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok 
oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau 
yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Saat dipindahkan ke penjara 
Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan ketat.
Dia
 dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi 
Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan
 para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari 
orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. 
Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda 
yang sedang bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter 
yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak 
penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, 
komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus 
sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai cara dan akal yang dilakukan 
Soekarno untuk tetap mendapat informasi dari luar.
Hal itu
 terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman 
makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit
 itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno. 
Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno 
Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat 
komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila 
Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa
 rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar 
buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.
Seiring
 berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang 
lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. 
Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan 
lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu 
tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang 
teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran 
terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.
Selama 
menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal
 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya
 yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi
 Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang 
mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam 
posisi yang tidak berdaya.
Apalagi, saat di Sukamiskin, 
menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam. Namun 
Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan 
bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan 
tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, 
gelap, dan dingin. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam 
pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan
 Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya
 itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun 
dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan 
Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap 
Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian 
dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI
 pada
 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno 
mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. 
Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta 
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 
1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik 
Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil 
merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara 
Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. 
Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan 
Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang 
kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan
 G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan 
MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto 
sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari 
Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di 
Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam 
ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai 
“Pahlawan Proklamasi”.
Presiden Soekarno dan Ibu fatmawati
Presiden
 Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah
 menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat 
Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita 
seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu. Untuk urusan kriteria 
ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung Karno 
akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan.
 Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah
 di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung 
Karno bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung 
Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.
"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar
 Soekaro dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. 
Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian 
sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia 
sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. 
"Aku memandang kepada
 gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan berkerudung kuning
 diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai perempuan 
dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju 
ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.
"Saya
 lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa 
mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari 
generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya.
 Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno 
yang lugas. Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno 
menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni 
Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. 
"Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai anak-anak," katanya.
Menurut
 pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan 
ulang tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang 
tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak 
lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa 
dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut 
perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru 
datang untuk menjajah Indonesia.
"Kami tidak pernah 
merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu soal remeh,
 sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang 
hebat dan dahsyat," begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa 
Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan 
pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak 
perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai 
kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik 
mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap 
momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra 
pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat Bung Karno
 sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, 
Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat 
kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok 
pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.
Sejak
 kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita 
wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela 
begadang jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang 
menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy 
pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. 
Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, 
walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah 
Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.
"Pertunjukan
 wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia 
juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. 
Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa 
tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan 
menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis 
Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang 
diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya 
mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero 
negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang 
dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan 
budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda
 seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu 
yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman, budayawan
 hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk 
berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara 
politik.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan 
krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas 
pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai 
Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas 
G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik
 keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas 
kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil 
menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus 
memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di 
RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, 
Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah 
menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Detik Detik Kematian Sang Presiden
- Jakarta,
 Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto 
dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap 
bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak 
kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di 
koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
  
- Sedari 
pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, 
mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah 
tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.
  
- Malam
 ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat 
sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah 
di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. 
Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus 
memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak
 dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
  
- Lelaki
 yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak 
digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai 
sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang 
dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah 
menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan 
permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan
 pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan 
kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua 
tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini 
tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
  
- Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu
  
- Dua
 hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan 
tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek 
lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan 
airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang 
paling dicintainya ini.
  
- “Pak, Pak, ini Ega…”
  
- Senyap.
  
- Ayahnya
 tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir 
Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah 
ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak 
mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. 
Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri 
sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. 
Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
  
- Melihat
 kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari
 tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu 
menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, 
Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.
  
- Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.
  
- Malam
 harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup
 dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
  
- Keesokan
 hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega
 lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan 
Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil 
dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang 
tak terperi, Soekarno berkata lemah.
  
- “Hatta.., kau di sini..?”
  
- Yang
 disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau 
kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga 
memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno 
dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
  
- “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”
  
- Hatta
 menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya 
memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin
 memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
  
- Bibir
 Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya 
dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika 
mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” 
Bagaimana keadaanmu?
  
- Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
  
- Soekarno
 kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan
 kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak 
lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya 
juga tumpah. Hatta ikut menangis.
  
- Kedua teman lama yang 
sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. 
Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini 
tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa
 pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan 
oleh manusia yang tidak punya nurani.
  
- “No…” Hanya itu 
yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. 
Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya 
terguncang-guncang.
  
- Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat 
marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. 
Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, 
namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat
 dan tulus.
  
- Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
  
- Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.
  
- Sehari
 setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, 
terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua 
matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh 
membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya 
yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno 
belum pernah sekali pun melihat anaknya.
  
- Minggu pagi, 21
 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter 
kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua 
orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya 
ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu 
waktunya tidak akan lama lagi.
  
- Dengan sangat hati-hati dan 
penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan 
yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan 
dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan 
yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu
 juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak 
pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. 
Kini untuk selamanya.
 
- Situasi di sekitar ruangan sangat
 sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa 
berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu 
mencekam. Sekaligus menyedihkan. 
 
- Dunia melepas salah 
seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang 
menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, 
Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu 
dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada. 
 
- Dokter
 Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter 
kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: 
Soekarno telah meninggal.
 
Isu di bunuh secara perlahan
Banyak
 Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin
 bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya 
diatur secara ketat dan represif oleh Presiden Soeharto. Bung Karno 
ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama saudara laki-laki
 Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat 
menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas 
mengunjunginya.
Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin 
dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan 
resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk 
mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno 
memang dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh 
penguasa baru tersebut agar bisa mempercepat kematiannya.
Permintaan
 dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari 
Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus 
obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian 
Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.
Kata Kata Bijak Soekarno
- Kita
 bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita 
tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli 
dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, 
dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
 
- Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
 
- Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
 
- Jadikan
 deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden 
sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah 
kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha 
Esa.
 
- Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan 
takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut 
adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
 
- Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
 
- Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan
 
- Janganlah
 mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama 
masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! 
Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
 
- Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
 
- Tidak
 seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti 
dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk 
mempertahankannya
 
- Janganlah melihat ke masa depan dengan mata 
buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala 
dari pada masa yang akan datang.
 
Pemerintah menganugerahkan 
Bung Karno sebagai Pahlawan Proklamasi. Soekarno (Bung Karno) memang 
Pahlawan Indonesia yang gagah berani “Jasa dan tentang mu tak akan 
terlupakan hingga hancur Bumi”. Adakah 
Soekarno (Bung Karno) lainnya di ERA sekarang ini ?